Arjuna
Sasrabahu
Berbeda dengan Mahabarata dan Ramayana,
ceritera Arjuna sasrabahu belum ada yang ditulis dalam bentuk Wawacan. Dalam pertunjukan wayang pun
lakon ini jarang dipentaskan.
J.Kats pada Poesaka Soenda I (12), II (2) 1923,
memuat ringkasan ceritera ini pada seri bahasannya mengenai wayang. Kemudian
M.A. Salmun dalam Padalangan, 1961
memuat hanya ringkasannya saja.
Arjuna Sasrabahu
(biasa pula ditulis Arjuna Sasrabau dan disingkat Arjuna Sasra sebagai tokoh
protagonis, titisan Wisnu, melawan Rawana (di Jawa Barat disebut Rahwana)
sebagai tokoh antagonis. Oleh karena Arjuna Sasra, titisan Wisnu, maka
permaisurinya pun harus titisan Dewi Sri. Titisan Dewi Sri itu lahir di Magada
dalam diri Dewi Citrawati, yang kemudian dilamar dan diperistri oleh Arjuna
Sasra.
Rahwana sejak lama
mendambakan titisan Dewi Sari karena tidak terlaksana mengawini Widawati
(titisan Dewi Sri yang ditemui di kawasan Lokapala). Ketika Rahwana mengetahui
bahwa Arjuna Sasra melamar Dewi Citrawati ia merasa terhina sehingga terjadilah
peperngan antara Rahwana dengan Arjuna sasrabahu. Dalam peperangan itu Rahwana
kalah, tetapi Arjuna Sasra tidak membunuhnya, bahkan memaafkannya. Rahwana
diperbolehkan pulang kembali ke negaranya Alengka.
Dendam kesumat
Rahwana timbul lagi sehingga tidak lama kemudian ia kembali memerangi Arjuna
Sasrabahu. Dalam peperangan yang kedua kalinya ini Arjuna Sasrabahu gugur.
Begitulah ringkasan
lakon Arjuna Sasrabahu. Lakin ini sebenarnya panjang sekali, tetapi kebanyakan
mengisahkan Rahwana di samping banyak lagi sempalan
(bagian lakon) yang mengisahkan tokoh lain. Misalnya Gotama dan
putera-puteranya, Subali, Sugriwa dan Anjani. Wisrawana yang diperangi Rahwana,
dan Somantri yang mengabdi kepada Arjuna Sasra, dan adiknya Sumantri, Suksrana,
yang memindahkan taman Sriwedari
PUSAT PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN BAHASA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
1986