Saturday, April 1, 2017

LAKON - PANTUN_BIMA WAYANG

Sinopsis
LALAKON BIMA WAYANG

Bima Wayang adalah raja di Pakuan Barat. Suatu hari ia berniat pergi ke negara Pasir Batang Lembur Girang untuk meminang Ratu Manik Nanding Leuwi, adik dari Raden Lambang Sari, raja negara Pasir Batang Lembur Girang.
Kakak Bima Wayang yang bernama Nyi Bungah Larang, mula-mula tidak setuju, karena khawatir Bima Wayang dianiaya di negeri orang. Tetapi karena niat Bima Wayang tidak dapat dihalang-halangi, maka akhirnya diijinkannya Bima Wayang pergi.
Bima Wayang berangkat ke negara Pasir batang Lembur Girang didampingi oleh tiga hulunalangnya, yaitu : Mama Lurah, Kuda Pangemban dan Gelap Nyawang.
Setelah sampai di negara Pasir batang Lembur Girang, Bima wayang diterima oleh Ratu Manik Nanding Leuwi dan ditanyakan maksud dan tujuan kedatangannya.
Bima wayang menyampaikan maksudnya, yang diterima dengan gembira oleh Ratu Manik Nanding Leuwi, tetapi sayangnya pernikahan tidak dapat dilangsungkan, karena kakak Ratu Manik Nanding Leuwi yang bernama Raden Lambang Sari sedang bertapa di kaki Gunung Puntang Simajungjang.
Ratu Manik mempersilahkan Bima Wayang menunggu di batas negara sampai Raden Lambang Sari selesai bertapa. Ratu Manik Nanding Leuwi berjanji tiap hari ia akan datang ke tempat itu sambil membawa makanan.
Suatu hari ketika Ratu Manik Nanding Leuwi sedang mandi, dihanyutkan oleh banjir. Para emban (inang pengasuh) berlari ke tempat Bima Wayang, memberitahukan bahwa ratu Manik Nanding Leuwi hanyut terbawa banjir.
Bima Wayang mengikuti aliran sungai mencari Ratu Manik Nanding Leuwi. Tiap lubuk diselaminya, ketika sampai di lubuk Talaga Emas terlihat ada cahaya dari dalam leuwi (lubuk), lalu Bima Wayang menyelam ke dalam lubuk Talaga Emas. Ditemukannya mayat Ratu Manik Nanding Leuwi di dalam lubuk itu, lalu diambilnya mayat itu, kemudian dapat dihidupkannya kembali.
Mereka bersama-sama pergi ke kaki Gunung Puntang Simajungjang, menghadap kepada Raden Lambang Sari. Ratu Manik Nanding Leuwi diserahkan kepada raden Lambang sari oleh Bima Wayang setelah diceritakan pengalamannya terbawa banjir.
Mereka semuanya, termasuk hulubalang Bima Wayang, lalu tinggal dan ikut bertapa bersama Raden Lambang Sari di kaki Gunung Puntang Simajungjang.
Prabu Sakti Kusumah, raja di negara Jajar Wayang sedang bersusah hati, karena negaranya diperangi oleh Raden Paksi Bumi raja dari negara Majapahit. Ia mendengar bahwa di kaki gunung Puntang simajungjang ada orang yang sedang bertapa. Ia menulis surat kepada yang sedang bertapa itu, isinya mohon bantuan orang-orang yang sedang bertapa agar turut mengusir musuh dari negaranya.
Permintaan itu dikabulkan oleh Raden Langensari dan Bima wayang. Mereka bersama-sama denganpara hulubalang berangkat ke negara Jajar Wayang. Di sana ditemukan Prabu Sakti Kusumah sedang kewalahan melawan Raden Paksi Bumi.
Bima Wayang maju ke medan perang melawan Raden Paksi Bumi. Dalam peperangan ini, Raden Paksi Bumi dapat dikalahkan.
Setelah menolong Prabu Sakti Kusuma, raden Lambang sari dan Bima Wayang pulang ke negara Pasir Batang Lembur Girang bersma seluruh hulubalangnya.
Diadakanlah pesta yang meriah, menikahkan Bima wayang dengan ratu Manik Nanding Leuwi.
Akhirnya Bima wayang menjadi raja di Pasir Batang Lembur Girang, ia tidak kembali ke negaranya Pakuan Barat

Sumber ceritera
Ed. J.J.Mayer

1891

LAKON-PANTUN_RADEN RANGGA SAWUNG GALING

Sinopsis
CARITA RADEN RANGGA SAWUNG GALING

Putra Prabu Siliwangi raja di Pajajaran yang bernama Begawat Iman Sonjaya, meminta ijin kepada ayahnya untuk mengembara ke daerah sebelah timur.
Ayahnya mengijinkan dan memberi saran agar Begawat Iman Sonjaya pergi ke negara Kuta Ngagangsa, karena negaranya besar dan ramai, serta putrinya cantik-cantik.begawat Iman Sonjayapun berangkatlah mengembara menunggangi perahu kencana menyusuri sungai Cihaliwung. Dilewatinya daerah Pangeran Jaya, raja muda di Nusa Kalapa sampai di muara Kapetakan. Dilewatinya pula Ujung Tua, Muara Kancana, Pangarengan, muara Palayangan, muara Cisanggarung tepian Losari, kedung Eneng dan akhirnya ke tepian Kuta Ngagangsa. Di situlah perahunya berlabuh.
Raden Begawat Iman Sonjaya mendarat di Kuta Ngagangsa dan berjalan menuju alun-alun. Di pintu gerbang keraton ia bertemu dengan Kai Lengser yang sedang menjaga keraton. Dengan tergopoh-gopoh Kai Lengser masuk kedalam keraton memberitahukan kedatangan Raden Begawat Iman Sonjaya kepada raja. Rajapun segera berdandan, kemudian menemui Raden begawat serta bertanya maksud dan tujuannya datang ke negaranya.
Raden Begawat Iman Sonjaya menerangkan bahwa ia berasal dari Pakuan Pajajaran, putra Prabu Siliwangi. Maksud kedatangannya adalah untuk meminang putri cantik dari negara Kuta Ngagangsa.
Raja negara Kuta Ngagangsa yang bernama Dipati Jang Manggala mengatakan bahwa ia sendiri mempunyai adik perempuan bernama Ringgit Manik. Setelah dipertemukan keduanya, mereka jatuh cinta, lalu dinikahkanlah Ringgit Manik kepada raden Begawat Iman Sonjaya.
Ki Lengser memukul bende, memberitahukan rakyat negara Kuta Manggala, bahwa raja akan mengadakan pesta besar, menikahkan adiknya, putri Ringgit Manik dengan Raden Begawat Iman Sonjaya.
Di negara Gunung Kerikil, Raden Rangga Sawu Galing bersama adiknya seorang putri cantik bernama Rangga Dewata, mendengar perihal pernikahan putra Pajajaran itu, lalu pergilah mereka ingin mengabdikan diri kepada Raden Begawat Iman Sonjaya. Sesmpainya di Kuta Ngagangsa diterimalah mereka dengan baik, malah Rangga Dewata dijadikan istri kedua oleh Raden begawat Iman Sonjaya. Dipati Jang Manggala karena merasa sudah tua ia dijadikan penasehat, sedangkan Raden Begawat Iman Sonjaya menjadi raja sedangkan Raden Rangga Sawu galing menjadi patihnya.
Setelah menjadi raja, Raden Begawat Iman Sonjaya ingin memperluas daerahnya serta ingin menambah istri, lalu disuruhlah Raden Rangga Sawung Galing memerangi enam negara. Negara pertama adalah Gedong Waringin, rajanya Dipati Gajah Waringin beradik Nyi Caringin Kembang; kedua Negara Gunung Tilu, rajanya bernama Lembu Wulung mempunyai adik bernama Panggung Wayang; ketiga negara Gunung Karang, rajanya Dipati Dalem Genggang beradik perempuan bernama Nyi Lenggang Sari; keempat negara Kuta Tingkem, rajanya bernama Dipati Gajah Cina, beradik perempuan namanya Badaya Cina; kelima negara Margacina, rajanya bernama Dipati Gajah Cina, adik perempuannya bernama Nyi Aci Kancana; dan keenam negara Pasir Bondan, rajanya bernama Ratu Bondan, dan adiknya bernama Nyi Sari Bondan.
Raden Rangga Sawung Galing, berturut-turut menaklukan negara Gedong Waringin dan Gunung Tilu tanpa kesultan apapun, namun ketika menghadapi Dipati Dalem Ganggang di negara Gunung Karang, mendapat kesulitan, meskipun ia dibantu oleh Gajah Waringin dan Lembu Wulung. Ketiga-tiganya dijebloskan ke dalam gua oleh Dipati Dalem Ganggang.
Gajah Waringin dan Lembu Gading mencoba-coba membuka pintu gua, tetapi tidak berhasil, akhirnya Raden Rangga Sawung Galing membaca sebuah mantera sambil menerjang pintu gua, sehingga rusak berantakan. Karena kerasnya terjangan menyebabkan di dalam gua terjadi gempa. Bergegaslah mereka keluar gua, namun bersamaan dengan mereka keluar pula binatng-binatang raksasa seperti binatang yang menyengat, kala jengking, ulat dan berbagai jenis binatang lainnya. Gajah Waringin dan Lembu gading melarikan diri dan naek ke pohon yang tinngi, sedangkan Raden Rangga Sawung Galing menghadapi bintang-binatang raksasa itu, kemudian dibunuhnya binatang itu, setelah dikalahkan binatang itu menghilang tak berbekas, maka semakin saktilah Raden Rangga Sawung Galing. Namun ketika ulat besar menyerang, Raden Rangga Sawung Galing ketakutan, pundaknya digigit oleh ulat itu hingga hilang kesaktiannya dan ia pun jatuh pingsan tidak sadarkan diri.
Kelihatan oleh ibunya di kahyangan, lalu dijatuhkannya sirih sagulung. Raden Rangga Sawung Galing siuman kembali, lalu diambilnya gulungan sirih itu, ditancapkan ke dalam perut urat, hingga ulat itu mati.
Stelah semua binatang yang sakti itu mati. Dipati Dalem Genggang tidak berani berperang dengan Raden Rangga Sawung Galing. Ia menyatakan takluk dan menyerahkan adiknya yang bernama Nyi Lenggang Sari.
Raden Rangga Sawung Galing meneruskan perjalanan ke negara Kuta Tingkem dan negara Marga Cina. Kedua raja di negara itu dikalahkannya pula, dan adik-adik mereka, yang bernama Nyi Badaya Cina dan Nyi Aci Kancana diserahkan pula. Kemudian Raden Rangga Sawung Galing dengan raja-raja taklukannya menuju negara Pasir Bondan.
Ratu Bondan berperang melawan Raden Rangga Sawung Galing. Mereka beradu kesaktian, Ratu Bondan menjadi merpati, Raden Rangga Sawung Galing menjadi alap-alap; Ratu Bondan menjadi srigala, Raden Rangga Sawung Galing menjadi harimau, ratu Bondan menjadi tikus, Raden Rangga menjadi menjadi kucing, Ratu Bondan menjadi kepiting, Raden Rangga menjadi sero. Ratu Bondan menjadi rumpun bambu tamiang, Raden Rangga menjadi kudi-kudi (parang); Ratu Bondan menjadi lebah sedangkan Raden Rangga menjadi karung, seterusnya berturut turut Ratu Bondan menjadi: ulat kayu – gunung – padang alang-alang – kuda, sedangkan Raden Rangga berturut turut melawannya dengan menjadikan dirinya: pelatuk – landak –api – ketika ratu Bondan menjadi kuda, Raden Rangga Sawung Galing memohon pelana kepada ibunya di kahyangan. Dipasangnya pelana pada kuda lalu ditungganginya hingga kuda itu tersungkur, mereka kembali menjadi manusia dan terus berperang  hingga akhirnya dipisah oleh Dewi Pohaci Wiru Mananggay. Dewi itu menyarankan agar mereka berhenti saja berperang, sebab mereka sebenarnya masih bersaudara. Tetapi Ratu Bondan menolaknya. Ia menginginkan perang dilanjutkan sampai ada yang kalah.
Dewi Pohaci Wiri Mananggay menyarankan lagi agar mereka ditimbang, barang siapa yang bobotnya berat, ialah yang menang. Ratu Bondan setuju.
Ketika timbangan bergerak ke arah ratu Bondan, Dewi Pohaci Wiru Mananggay menghentikan timbangannya dan menyuruh Ratu Bondan agar melihat ke atas ke arah mata timbangan. Ketika melihat mata timbangan, kaki Dewi Pohaci menginjakkan kakinya di tempat Raden Rangga, sehingga ketika mereka ditimbang kembali, berat Raden Rangga Sawung Galing menjadi bertambah. Ratu Bondan menerima kalah, lalu menyerahkan adiknya yang bernama Nyi Sari Badaya, dan mereka mengabdikan diri. Selesailah tugas Raden Rangga Sawung Galing, menaklukan keenam negara.
Kembalilah rombongan Raden Rangga Sawung Galing, pulang kembali ke negara Kuta Manggala mengabdikan diri kepada Begawat Iman Sonjaya.
Beberapa tahun berlalu, Begawat Iman Sonjaya teringat akan ayahandanya yang berpesan agar ia tidak terlalu lama mengembara. Lalu iapun mengadakan persiapan untuk pulang kembali ke negara Pakuan Pajajaran. Negara Kuta Manggala diserahkan kepada Raden Rangga Sawung Galing, sedang istri yang dibawanya hanya dua orang yaitu Nyi Ringgit Manik dan Nyi Rangga Dewata.
Raden Rangga Sawung Galing memerintah di negara Kuta Manggala dibantu oleh patihnya, yaitu Raden Bondan, sedangkan Dipati Jang Manggala tetap menjadi penasihat. Semua selir Begawat Iman Sonjaya tak seorangpun menjadi istrinya, tetapi mereka tetap tinggal di negara Kuta Manggala.
Setelah Rangga Sawung Galing memerintah negara Kuta Manggala menjadi besar dan ramai, subur makmur aman dan damai.

Sumber ceritera

Tijdschrift voor Indische Taal Land en Volkenkunde, ed J.J. Pleyte

LAKON-PANTUN_PASIR BATANG

Sinopsis
CARITA  RATU PASIR BATANG UMBUL TENGAH NU GARWAAN KA PUTRI ACI KEULING WENTANG GADING

Raja Pasir batang Umbul tengah yang bernama Perebu Sutera Kamasan adalah raja keturunan Ratu Pakuan Pajajaran. Permaisurinya dua orang, yang tua bernama Limar Kancana (adik Boma Manggala), yang muda Aci Keuling Wentang Gading (adik Paksi Keling Limar Gading). Hulubalang raja: Boma Manggala, Paksi Keling dan Pangeran Naga Kancana.
Karena merasa gembira adiknya diperistri oleh keturunan raja Pakuan Pajajaran, Boma Manggala mengadakan pesta besar-besaran, walaupun raja telah memperingatkan agar jangan terlalu berlebihan, sebab mungkin dalam berpesta, bencana tiba tanpa diketahui.
Ketika itu di angkasa ada seorang raja bernama Balungbang Singa, baru pulang bertapa dari Jungkulon. Ia adalah raja dari Sela Buana. Terdengar olehnya bunyi tabuh-tabuhan tanda ada orang sedang berpesta di negara Pasir Batang Umbul Tengah. Terlihat dari atas putri Nyi Aci Keling sedang bersanding dengan Perebu Sutra Kamasan. Balungbang Singa membaca mantera agar orang-orang tertidur. Diciptakannya ampas bekas memakan sirih menjadi Putri Aci Keuling, lalu Putri Aci Keuling yang asli diculiknya, dimasukkan ke dalam gendongannya, sedang Aci keuling palsu ditidurkan dekat Perebu Sutra Kamasan. Setelah itu Balungbang Singa terbang lagi ke angkasa.
Ketika Perebu Sutra kamasan terjaga, diketahuinyalah bahwa Nyi Aci Keuling telah diculik. Kakak Nyi Aci Keuling, yaitu Paksi Keling menyanggupi untuk mendapatkan kembali Nyi Aci Keuling.
Paksi Keling terbang ke angkasa, dan dijumpainya Balungbang Singa sedang duduk-duduk. Dibacanya mantera agar Balungbang Singa tertidur, lalu diambilnya Nyi Aci Keuling dari dalam kandungan Balungbang Singa, diganti dengan batang pohon yang ujungnya menyala. Lalu Paksi keling bersembunyi, sambil memperhatikan tingkah laku Balungbang Singa.
Balungbang Singa terjaga dari tidurnya, ia berniat untuk melanjutkan perjalanan, dan terbang kembali dengan cepatnya. Api batang pohon itu makin membesar nyalanya, hingga Balungbang Singa sadar bahwa yang digendongnya bukan lagi Nyi Aci Keuling, ia terjun ke tanah sambil berusaha memadamkan api yang telah sarungnya. Ia pun menyumpah-nyumpah, memarahi keturunan ratu Pakuan Pajajaran.
Tidak jauh dari tempat itu, ada dua kakak beradik sedang bertapa. Kakaknya bernama Sutra Pangayon, raja di negara Pasagi Wetan, sedangkan adiknya seorang putri bernama Pucuk Sari Ratna Wentang.
Ketika terlihat oleh mereka, lalu Sutra Pangayom menghampiri Balungbang Singa, bertanya apakah sebabnya melambai-lambaikan sarungnya. Balungbang Singa menuduh Sutra Pangayonlah yang mencuri Nyi Aci Keuling dari kandungannya. Sutra pangayon marah, lalu keduanya berperang.
Terlihat oleh Paksi Keling dari mega malang kedua orang yang berperang itu. Paksi Keling pulang dahulu ke negara Pasir Batang Tengah mengantarkan Nyi Aci Keuling kepada raja. Ia sendiri berangkat lagi menemui Balungbang Singa. Disuruhnya Sutra Pangayon mengundurkan diri dari peperangan, karena Balungbang Singa adalah lawannya. Paksi Keling berperang dengan Balungbang Singa. Mereka bergumul sampai ke jalan simpang empat.
Ketika itu datang dua hulubalang ke jalan simpang empat, yang seorang bernama Pangeran Singa Pakuan bersama adik perempuannya, bernama Rancang Pakuan; yang seorang lagi bernama Demang Patih Kalang Sari, yang baru pulang bertapa dari Jungkulon. Mereka bermaksud mengabdikan diri kepada raja Pakuan Pajajaran.
Dilihatnya Paksi Keling sedang berperang dengan Balungbang Singa. Mereka bertanya, mengapa mereka berperang. Ketika diketahuinya bahwa Balungbang Singa mencuri permaisuri raja keturunan ratu pakuan pajajaran, mereka menawarkan bantuannya. Tetapi ditolak oleh Paksi Keling.
Balungbang Singa dapat dikalahkan dan dibunuh oleh Paksi keling. Putri Rancang Pakuan menyarankan kepada Paksi Keling, agar Balungbang Singa dihidupkan kembali. Saran itu diterimanya, dengan kesaktian Paksi keling maka Balungbang Singa dihidupkan kembali serta menyatakan takluk dan bersedia mengabdikan diri kepada Paksi Keling.
Sutra Pangayon dan adiknya Pucuk Sari menyatakan keinginannya untuk mengabdi kepada keturunan ratu Pakuan Pajajaran. Mereka semuanya bersepakat untuk berangkat bersama-sama ke negara Pasir Batang Umbul Tengah. Akan tetapi Balungbang Singa meminta kepada Paksi Keling agar adiknya yang ditinggalkan di negara Sela Buana diambil dahulu, untuk kemudian di bawa ke negara Pasir Batang Umbul Tengah. Paksi Keling menyanggupinya, asal mereka semua menunggunya di negara Pasir Ipis.
Paksi Keling terbang ke negara Sela Buana, menjemput putri Nimbang Buana. Setelah sampai di negara Sela Buana, disampaikanlah maksud kedatangannya kepada Putri Nimbang Buana. Putri itu bersedia mengikuti Paksi Keling dan merekapun berjalanlah menuju negara Pasir Ipis.
Di tengah perjalanan Nimbang Buana dicuri oleh Mega Kumendung, dibawa dalam gendongannya. Paksi Keling membaca sebuah mantra, hingga Mega Kumedung datang kembali ke hadapan Paksi keling. Lalu gendongannya ditendang oleh Paksi Keling hingga putri Nimbang Buana keluar dari gendongan Mega Mendung.
Karena ketakutan Mega Kumendung melarikan diri ke negara Pasir Ipis, di sana ia ditemukan oleh Pangeran Jaya Sangara yang mempunyai adik bernama Putri Mayang Sangara, yang sedang mengembara di negara Pasir Ipis. Pangeran Jaya Sangara berjanji akan menolong Mega Kumendung memerangi Paksi Keling bila ia menyusul ke negara Pasir Ipis.
Paksi Keling dan Putri Nimbang Buana meneruskan perjalanan mereka. Hingga tiba di negara Pasir Ipis. Paksi Keling membaca mantera minta diturunkan papanggungan (pasanggrahan) yang indah dari kahyangan. Permohonannya dikabulkan dn berdirilah papanggungan yang indah, tempat tinggal Paksi Keling dan putri Nimbang Buana, menunggu para ponggawa lainnya yang akan pergi ke negara Pasir Batang Umbul Tengah.
Paksi Keling mengubah dirinya menjadi Mega Kumendung, lalu pergi ke negara Kuta Haruman, akan menculik adik Mega Kumendung yang bernama Lenggang Haruman.
Setelah sampai di keraton, Paksi Keling berkata kepada Lenggang Haruman agar cepat-cepat melarikan diri, karena negara akan direbut oleh Paksi Keling. Lenggang Haruman menurut saja, karena ia menyangka bahwa yang datang itu adalah kakaknya, Mega Mendung. Negara Kuta Haruman dihancurkan dan Lenggang haruman di bawa ke Pasir Ipis tinggal bersama putri Nimbang Buana.
Balungbang Singa, Aria Sutra Panjalir, Pangeran Singa Pakuan dan Sutra Pangayon beserta putri Rencang Pakuan dan Pucuk Sari Ratna Wentang tiba pula di negara Pasir Ipis. Mereka semua berkumpul di papanggungan.
Paksi Keling menyuruh Demang Patih Kalang Sari Aria Sutra Panjalir menjadi petunjuk jalan ke negara Pasir batang Umbul Tengah, tetapi harus melalui keraton negara Pasir Ipis. Mereka semua berangkat.
Setelah sampai di keraton, diterima oleh Pangeran Jaya Sangara lalu disuguhi makan sirih. Paksi Keling memakan sirih itu, tetapi sepahnya disemburkan ke muka Pangeran Jaya Sangara, sehingga ia marah lalu menentang perang.
Mula-mulanya yang maju perang adalah Balungbang Singa melawan Mega Kumendung. Balungbang Singa kalah dan dibunuh oleh Mega Kumendung, kemudian Demang Patih Kalang Sari Aria Sutra Panjalir maju melawan Mega Kumendung, Mega Kumedung dapat dikalahkan dan dibunuh oleh Aria Sutra Panjalir.
Pangeran Jaya Sangara maju ke medan perang, dihadapi oleh Paksi Keling sendiri. Karena tidak kalah-kalah, Paksi Keling membaca mantra tiga kali, terlihatlah kelemahan Jaya Sangara terletak pada geraham atasnya, lalu ditusuk dengan keris Paksi Keling. Pangeran Jaya Sangara mati.
Adik Patih Jaya Sangara, putri Maya sangara meminta kepada Paksi keling agar kakaknya dan semua yang mati dalam peperangan dihidupkan kembali. Paksi Keling menyanggupinya. Dibacanya mantra, lalu semua yang mati dibangunkan hingga semuanya hidup kembali.
Jaya Sangara dan Mega Kumendung menyatakan takluk dan bersedia mengabdikan diri, serta menyerahkan adiknya masing-masing.
Perebu Sutra Kamasan menerimanya, lalu diadakan pesta besar-besaran merayakan Paksi Keling dan menobatkan Demang Patih Kalang sari menjadi patih negara Pasir Batang Umbul Tengah.
Paksi Keling tetap menjadi hulu balang raja. Negara Pasir Batang Umbul Tengah menjadi negara besar, aman tentram, subur makmur

Sumber ceritera
e.d. C.M.Pleyte

1912

LAKON-PANTUN_PRENGGONG JAYA

Sinopsis
CARITA PRENGGONG JAYA

Prenggong Jaya Di Kusumah adalah bangsawan keturunan Pajajaran yang tinggal (dan memerintah) di negara Gunung Tanjung Pangematan. Ia mempunyai adik perempuan bernama Nyi Ratna Inten namanya. Patihnya bernama Patih Hahak Wulung Aria Gading Malela.
Ke negara itu datanglah ratu Pakuan Pajajaran yang masih jejaka, yaitu Prabu Bengker Pakuan. Kedatangan raja ke negara tersebut adalah untuk menceri calon permaisuri. Puteri Ratna Inten berkenan di hati sang prabu, sedang putri Ratna Inten sendiri sangat berbahagia menerima cinta sang prabu. Demikian pula Patih Gagak Wulung, bangsawan-bangsawan Gunung Tanjung Pangrematan, akhirnya negara Gunung Tanjung Pangematan diserahkan pula kepada Prabu Bengker Pakuan. Peristiwa pernikahan dan penobatan sang prabu dilaksanakan dengan diam-diam, hingga menyebabkan sang prabu merajuk. Hal ini menyebabkan Putri Ratna Inten mengadu kepada Patih Gagak Wulung, sehingga akhirnya diputuskan untuk menyelenggarakan pesta besar-besaran
Suara pesta terdengar oleh Putri Aci Dewata Maliwangun, adik patih Gagak mariung. Ia mengajak kakaknya untuk datang mengabdi kepada raja pakuan yang telah menikah dengan Putri Ratna Inten. Berita ini mengingatkan sang kakak, Patih Gagak Mariung, tentang suatu perjanjian dengan Prenggong Jaya. Mereka pernah bertapa bersama-sama dan karena kehabisan uang, Prenggong Jaya meminjam kepada Patih Gagak Mariung sebanyak tujuh keti. Prenggong Jaya mengatakan bahwa ia tidak akan dapat membayar, oleh karena itu kelak apabila adiknya Putri Ratna Inten diminta orang, ia akan memberitahukan dulu kepada Gagak Mariung. Itulah sebabnya ketika adiknya mengajak pergi ke Gunung Tanjung Pangematan, Gagak Mariung tidak menolaknya karena ia akan menagih hutang kepada Prenggong Jaya. Gagak mariung berangkat dengan anak buahnya, dan siap melawan prabu bengker Pakuan, walaupun sempat dicegah oleh Aci Dewata Maliwungan.
Peperangan tidak dapat dihindari, ketika Prenggong Jaya tak dapat membayar hutangnya. Prenggong Jaya mula-mula terdesak, akan tetapi datang Gagak Wulung yang membantunya. Mereka berhasil menghalau Gagak Mariung. Waktu melarikan diri, dia malah diserang oleh teman-temannya yang mengira bahwa dia adalah Prenggong Jaya. Gagak Mariung dapat selamat karena ditolong oleh Aci Dewata yang ikur bersamanya, walaupun dari kejauhan. Setelah ditolong, Gagak mariung kembali menyerang Prenggong Jaya, padahal ia telah dicegah oleh Aci Dewata. Gagak Mariung akhirnya dikalahkan oleh Prenggong Jaya. Ketika sedang berperang sebenarnya Gagak Mariung memperoleh bantuan dari beberapa orang, yaitu di Kiara Jngkang dibantu Bagedud jayaperang, di Cadas malang Batu Tumpang oleh Kalang Kidang jalak panggung, di Sangiang Kepuh Nunggal dibantu oleh Munding Sageri Aci Sageri. Keseluruhan orang yang membantunya sebenarnya sedang bertapa sebelum mengabdi kepada Ratu Pakuan. Ketika peperangan sampai di Nusa Dinding yang diperintah oleh Munding Lumiring Aci Lumiring. Munding Lumiring dan kawan-kawannya terbunuh oleh Prenggong Jaya, karena membantu Gagak Mariung. Karena semua musuh-musuh Prenggong Jaya, dapat dihidupkan kembali, akhirnya mereka mengabdi kepada Raja Ppakuan. Mereka ikut ke negara Gunung Tanjung dan mengabdi kepada raja Pakuan, demikian pula putri Aci dewata pun dipersembahkan kepada Ratu pakuan.
Di negara Kuta waringin memerintah raja Lemu Pelengkung yang mempunyai adik perempuan bernama Nyi Sumur Bandung. Nyi Sumur bandung mendengar tentang pesta di negara Gunung Tanjung, lalu mengajak kakaknya untuk mengabdi ke Raja Pakuan. Akan tetapi kakaknya justru bermaksud lain, ia akan mencuri Putri Ratna Inten, niatnya tidak dapat dicegah oleh Nyi Sumur Bandung.
Lemu Pelengkung mempergunakan kesaktiannya dan membuat penghuni Gunung Tanjung tertidur, akan tetapi ajian sirepnya tidak mempan terhadap Putri Ratna Inten dan prenggong Jaya. Prenggong Jaya yang tahu akan kedtangan mara bahaya lalu menyuruh adiknya bersembunyi dan ia merubah dirinya menjadi Ratna Inten. Lemu pelengkung terkecoh dan dengan gembira membawa Ratna Inten palsu.
Setiba di Kuta waringin, Lemu Pelengkung melamar Ratna Inten palsu yang menolak sementara, dengan alasan agar Lemu Pelengkung bersabar menunggu masa idah selama 77 tahun. Lemu pelengkung menyanggupi dan menyerahkan Putri Ratna Inten untuk ditemani oleh Nyi Sumur Bandung
Dalam pergaulannya dengan Nyi Sumur Bandung, putri Ratna Inten palsu tidak dapat menyembunyikan dirinya, lalu merubah wujudnya kembali menjadi Prenggong Jaya. Prenggong Jaya lalu memasukan Nyi Sumur Bandung ke dalam kainnya. Di samping mencuri Nyi Sumur Bandung, dicurinya pula seluruh kekayaaan Kuta waringin. Kemudian ia mencukur sebelah kumis Lemu Pelengkung, lalu mengganti tutup kepalanya dengan kukusan nasi yang sudah ruksak, mengganti kerisnya dengan alat dapur lain. Setelah itu ia meninggalkan surat tantangan perang, kemudian pulang ke Gunung Tanjung
Setelah terjadi peperangan yang hebat, di mana Prenggong Jaya hampir kalah, kemudian dibantu Putri Ratna Inten, akhirnya Lemu Pelengkung dan anak buahnya dapat dikalahkan dan seterusnya mereka mengabdi kepada Raja Pakuan, dengan Nyi Sumur Bandung menjadi istri Raja Pakuan.
Karena peraturan Prenggong Jaya, Pangembar Wayang salah seorang pengikut Lemu Pelengkung dipekerjakan sebagai tukang kuda, karena ia tidak mempunyai adik perempuan. Karena beratnya pekerjaan, Pangembar Wayang melarikan diri ke Kuta Kancana. Di Kuta Kancana, ia disembunyikan oleh Aci Kancana dalam sebuah “taropong” (alat tenun). Aci Kancana adalah adik dari Gagak Kancana dan Tangga kancana.
Prenggong Jaya mengejar Pangembar Wayang yang ketahuan bersembunyi dalam “taropong”, Pangembar Wayang dapat menyelamatkan diri dengan jalan menendang dada Prenggong Jaya ketika keluar dari taropong. Pangembar wayang kemudian melarikan diri ke negara Parungpung Angin yang dirajai oleh Munding Wilis Jaya Gading. Munding Wilis diminta menyembunyikan dirinya, tapi oleh Munding Wilis malah diajak untuk menjaring negara Gunung Tanjung.
Ketika pulang dari Kuta Kancana, Prenggong Jaya mencuri delapanpuluh ekor kuda dengan cara gigi-gigi kuda tersebut dioleskan dengan kuda kepunyaannya, sehingga kuda-kuda tersebut dengan mudah dapat dibawanya. Gagak Kancana dan Rangga Kancana berangkat ke Gunung Tanjung untuk mengambil kembali kuda mereka. Prenggong Jaya memungkirinya, bahkan menghukum kedua orang itu dengan menempatkan mereka dipembuangan sampah.
Aci Kancana yang menghawatirkan nasib kakaknya menyusul ke Gunung Tanjung, dan akhirnya ia tahu bahwa kedua kakaknya dihukum secara tidak adil. Keberangkatannya ke Gunung Tanjung tidaklah sendirian, ia membawa anak kecil yang bernama Heulang Dewa Sakurungan. Anak kecil inilah yang akhirnya dapat mengalahkan Prenggong Jaya.
Pada saat Munding Wilis datang menjaring negara Gunung Tanjung, karena kesaktian Heulang Dewa Sakurungan dapat menghancurkan jaring tersebut dan Munding Wilis serta Pangebar Wayang menyerah kemudian mengabdi kepada Raja Pakuan.
Heulang Dewa Sakurungan akhirnya diangkat menjadi pamuk (panglima) oleh Raja Bengker Pakuan, menggantikan Prenggong Jaya.

Sumber Ceritera
Ki Samid, Cisolok Sukabumi
1971


LAKON-PANTUN_PAKSI KELING

Sinopsis
LALAKON PAKSI KELING

Prabu Sutra Kamasan, raja di negara Pasir Batang Umbul Tengah, mempunyai permaisuri dua orang, yang tua bernama Limar Kancana, yang muda bernama Aci Keling. Limar kancana mempunyai kakak bernama Boma Janggala, sedang Aci keling mempunyai kakak pula, bernama Paksi Keling.
Karena gembira adiknya menjadi permaisuri prabu Sutra kamasan, raja keturunan ratu pakuan pajajaran, Boma janggala mengadakan pesta besar-besran.
Ketika itu di mega malang (awan) Balungbang Singa sedang bertapa. Ia berniat untuk melarikan permaisuri Prabu Kamasan, yang bernama Aci Keling. Ia turun ke bumi menuju istana, dengan kesaktiannya ia dapat membawa Aci Keling yang sedang tidur nyenyak dan sebagai penggantinya ia menciptakan Aci Keling palsu dari sepah bekas makan sirih. Kemudian Balungbang Singa terbang ke angkasa, berhenti di mega malang. Kejadian tersebut diketahui oleh Paksi Keling, dengan kesaktiannya pula Aci Keling dapat direbutnya kembali, lalu diserahkan kembali kepada Prabu Kamasan. Setelah mengembalikan adiknya, Paksi Keling kembali ke angkasa, Balungbang Singa masih tertidur, lalu dibantingkannya ke tanah dan jatuh di tanah datar yang kebetulan lewat seorang ponggawa bernama Sutra Pangayon bersama adiknya yang cantik, bernama Pucuk Sari. Karena menyangka Sutra Pangayon yang berbuat, maka terjadilah perkelahian antara Balungbang Singa dan Sutra Pangayon. Melihat hal tersebut Paksi Keling lalu turun, karena tidak tega Sutra Pangayon yang tidak bersalah harus menanggung akibat atas perbuatannya.
Terjadilah perkelahian antara Paksi keling dan Balungbang Singa. Dibunuhnya Balungbang Singa, namun atas saran Pucuk Sari, Balungbang Singa dihidupkan kembali, supaya nantinya Balunbang Singa mengabdi ke Paksi keling. Semuanya mengikuti Paksi keling dan mengabdi kepada Prabu Sutra kamasan.
Satu ketika adik Balungbang Singa dilarikan Mega Kumendang dari negara Daha. Putri itu setelah dicuri diserahkan kepada adik perempuannya yang bernama Ratu Manik. Balungbang Singa menjadi marah, lalu adiknya disusulnya ke negara Daha. Ia menantang perang kepada Mega Kumendang, sehingga terjadi peperangan. Mega Kumendang kalah dan dibunuh oleh Balungbang Singa. Ratu Manik bersedia mengikuti Balungbang Singa aslakan kakaknya dihidupkan kembali, setelah permintaannya dilaksanakan maka Balungbang Singa akan membawa mereka ke Prabu Sutra Kamasan. Sebelum sampai mereka beristirahat di suatu tempat tepatnya di jalan simpang empat. Di tempat itu telah sampai pula adik Boma Janggala yang baru selesai bertapa, namanya Pangeran Naga Buwana. Setelah saling menyapa dan bertanya akhirnya mereka bersama-sama pergi, karena mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaiutu mengabdi kepada Prabu Sutra Kamasan. Sebelum sampai di negara Pasir Batang, mereka singgah dulu di negara Pasir Ipis. Karena terjadi kesalah pahaman terjadilah perkelahian antara raja Sanghara dari negara pasir Ipis dengan Pangeran Naga Buwana. Dalam peperangan itu raja Sanghara dapat dikalahkan dan dibunuh, namun akhirnya dihidupkan kembali atas permintaan Maya Sanghara, adik dari raja Sanghara. Dan merekapun akhirnya mengabdi kepada Prabu Sutra Kamasan.
Negara Pasir Batang Umbul Tengah menjadi kerajaan yang luas dengan para ponggawa dan rakyatnya semakin banyak


Sumber ceritera
Sumber ceritera
Badoeyshe Pantoen Verhalen, J.J. Meyer
1891



Sinopsis
CARITA NYAI SUMUR BANDUNG (A)

Nagara Kuta Waringin, negara subur dan makmur. Ratunya bernama Munding Keling Puspa Mantri, Menak Pakuan, Menak Terah Pajajaran, Satria Mangkuwasa. Panakawannya: Kuda Aing lengser. Munding waringin, Kuda waringin dan kalang Sutra Tandur wayang (kakak ipar ratu). Pawarangny ada 42 orang tetapi yang diceritakan hanya dua, yaitu Gurit Haji Wira Mantri dan Nimbang Waringin.
Pada suatu ketika di Kuta waringin diadakan pesta meriah sekali. Bunyi tetabuhan terdengar oleh Nyai Sumur Bandung di negara Bitung wulung. Demi didengarnya suara itu, ia membangunkan kakaknya, rangga Wayang yang sedang bertapa. Lalu bertanya tentang suara itu. Setelah Sumur Bandung melihat telpak tangan Rangga wayang tahulah bahwa di negara Kuta Waringin sedang diadakan pesta besar-besaran.
Setelah itu Sumur Bandung ditanya oleh rangga Wayang, mau tidaknya bersuamikan Ratu Kuta Waringin. Mula-mula Sumur Bandung menolaknya, tetapi karena desakan Rangga wayang, ia mau juga mengikuti kehendak kakaknya, tetapi dengan syarat, jika nanti pergi ke negara Kuta Tandingan, harus naik banteng lilin yang berwarna jingga. Kalintingnya untaian bintang, tanduknya salaka domas, ekornya banyu emas.
Rangga Wayang tidak dapat memenuhi permintaan Sumur Bandung, maka ditemuinya Langen Sari Jaya Mantri Mas Wira Jayamanggala, kakaknya Sumur Bandung. Langen Sari sanggup menangkap banteng lilin asal diantar oleh Sumur Bandung. Ia tidak tahu rupa banteng tersebut.
Pada waktu yang sudah ditentukan, Sumur bandung pergi bersama-sama denga rangga wayang (dengan naik banteng), ke negara Kuta Waringin. Sebelum berangkat semua harta kekayaannya dimasukkan oleh Sumut bandung ke dalam Cupu Azimat, lalu dititipkan kepada pembantunya, Nyai Ogem.
Sesampainya di negara kuta waringin, Rangga Wayang menemui Kalang Sutra. Tetapi keinginanya itu tidak begitu saja diterima oleh Kalang Sutra, sebab keputusan terakhir ada ditangan ratu.
Retu dapat menerima maksud dan keinginan Rangga Wayang, tetapi Nimbang Waringin menolaknya. Sikapnya, ucapannya sangat menyakitkan gati para tamu. Ia marah-marah, sambil berdahak-dahak di muka tamunya.
Tak lama sesudah itu Rangga wayang menjemput Sumur Bandung di batas kota. Sumur bandung mengubah dirinya menjadi nenek-nenk, kemudian berangkatlah mereka menemui Nimbang Waringin. Senasib dengan Rangga wayang, ia pun diludahinya. Pangkuannya penuh ludah Nimbang waringin.
Karena Sumur Bandung merasa dihina, lagi pula dicemburukan ratu, sekalian dimintanya ratu Munding Keling, dari tangan Nimbang waringin. Nimbang Waringin merasa terhina pula. Pertengkaran terjadi, kemudian diteruskan dengan perkelahian antara kedua wanita itu. Nimbang Waringin tak kuat melawan Sumur Bandung. Ia lari dan minta bantuan kepada madunya (istri ratu yang lain yang jumlahnya ada 41)
Di alun-alun diadakan pertandingan mengadu kecantikan antara Sumur bandung dan Nimbang Waringin beserta semua madunya. Nimbang Waringin kalah dalam pertandingan itu. Selanjutnya diadakan pertandingan berpanjang-panjang rambur, ketangkasan bermain keris, dan lain-lain. Kemenangan selalu ada di pihak Sumur Bandung. Ketika diadakan “adu tinja” , siapa yang tinjanya harum, itulah yang menang, Sumur bandung minta Boreh batara Guru kepada Sunan Ibu. Tinja Nimbang Waringin ternyata lebih busuk daripada tinja Sumur Bandung.  Pertandingan terakhir mengadu kerbau, dan yang menang, juga Sumur bandung.
Karena terus-terusan kalah, diterkamnya Sumur Bandung, namun Nimbang waringin kewalahan dan minta bantuan kepada semua madunya. Karena kekuatannya tidak seimbang, Sumur bandung minta pula bantruan kepada Langen Sari. Semua musuh Sumur bandung dapat dihalaunya.
Melihat Langes sari turut campur, kalang Sutra dan Nimbang Waringin tidak dapat tinggal diam, lalu ia pun turut membantu Nimbang Waringin
Diceritakan bahwa perang antara Sumur bandung dan Nimbang Waringinsudah cukup lama, tetapi satu pun tidak ada yang kalah. Masing-masing mencoba kesaktiannya. Sumur Bandung berpendapat bahwa perang tidak akan selesai-selesai, oleh karena itu, ia akan minta bantuan Sunan Ibu di sorgaloka untuk mengalahkannya. Sumur Bandung segera pergi ke Surgaloka, diikuti oleh Nimbang waringin. Nimbang waringin dihisap kekuatannya oleh Sumur Bandung sehingga kecapaian kalau harus mengikuti terus Sumur Bandung ke sorgaloka. Untuk mengalahkannya, sama sekali ia tak sanggup. Nimbang waringin takluk, dan dengan rela menyerahkan suaminya kepada Sumur Bandung
Sesudah itu oleh Sunan Ibu, Sumur Bandung diberi bahan anak sebesar kacang hijau. Bahan anak itu ditelan oleh Sumur Bandung,
Sepulangnya dari surgaloka, Sumur bBndung dan Nimbang Waringin bertemu dengan saudara-saudaranya yang sedang berkelahi di lautan. Dengan adanya pertemuan itu menyebabkan yang berkelahi berhenti, selanjutnya Langen Sari, Kalang Sutra, juga Sumur Bandung kembali ke Kuta Waringin seterusnya diadakan pesta perkawinan antara Sumur Bandung dengan Ratu Munding Keling.
Dikabarkan bahwa ada sebuah negara yang bernama Rucuk pajajaran. Rajanya bernama Raden Jaga Ripuh, saudara permuannya bernama sekar pakuan.
Demi mendengar Sumur Bandung sudah menikah dengan Ratu Kuta waringin, Jaga Ripuh amatlah susah. Ia pernah menyerahkan sejumlah uang lamaran kepada Rangga Wayang. Timbul niatnya untuk mencuri Sumur Bandung. Tetapi segera ketahuan oleh Rangga Wayang dan Sumur Bandung sendiri. Rangga Wayang menjadikan dirinya sebagai Sumur Bandung dan segera mendekati Jaga Ripuh. Setelah dilihat Jaga Ripuh bahwa Sumur Bandung ada di kebun bunga, ditangkapnya Sumur Bandung palsu itu. Dengan perasaan gembira ia membawa Sumur Bandung palsu ke negaranya. Tak lama kemudian, ia sudah berada di negaranya (Rucuk Pakuan).
Seperginya Jaga Ripuh setelah menyerahkan Sumur Bandung kepada Sekar Pakuan, Rangga Wayang menjadikan dirinya kembali kepada ujudnya semula. Melihat kejadian itu Sekar Pakuan minta agar tidak dianggap ikut dalam persekongkolan itu. Permintaan Sekar Pakuan dapat diterima oleh Rangga Wayang, kemudian Rangga Wayang bersma-sama dengan Sekar Pakuan kembali ke Kuta Waringin. Sekar Pakuan diserahkan oleh Rangga Wayang kepada ratu untuk dijadikan selir.
Tak lama sesuadh itu, Rangga Wayang menyerahkan lagi Jaga Ripuh kepada ratu, setelah berhasil dikalahkannya, seterusnya negara Kuta Waringin menjadi negara yang aman, sentausa, subur makmur

Sumber ceritera
e.d C.M. Pleyte, 1910






CARITA  NYAI SUMUR BANDUNG (B)

Raja Agung Purba Mantri Pangeran Purba Kusuma pergi ke negara Daha dengan maksud mencari calon istri, tetapi tak ditemukannya. Kemudian ia pergi ke Kuta Waringin. Di sini ia menemukan tiga orang calon, yakni: Nyai Tanjung Waringin, Nyai Nimbang Waringin dan Nyai Jurit Aji lanjang Sari. Kemudian raja menikah dengan ketiga orang putri itu. Patihnya (kakak prameswari) namanya Raden Gajah Waringin. Panakawannya dua orang, yaitu: Candra Wali dan Candra Terebang.
Pada suatu waktu, raja menyuruh Gajah Waringin menaklukan negara Kuta Siluman, tetapi ia tidak sanggup. Ada yang dapat mengalahkan negara Kuta Siluman yaitu Raden Langen Sari, kakak Nyai Sumur Bandung, satria yang berkelana, pertapa sakti yang dapat berubah menjadi kakek-kakek.
Langen Sari mengubah dirinya menjadi satria kembali, lalu pergi ke negara Kuta Siluman. Dengan perantaraan Nyi Mas Maya Siluman, adik ratu, Langen Sari bisa menemui Rangga Siluman, raja Kuta Siluman. Diajaknya raja rangga Siluman takluk kepada raja Agung, tetapi ditolaknya. Langen Sari terus mengajak, sedangkan Rangga siluman tetap menolaknya. Akibatnya terjadilah peperangan yang dahsyat sekali. Mereka saling mendorong dan saling mendesak, hingga sampailah di negara Pucuk Beusi. Rajanya bernama Rangga Cempaka, adiknya bernama Nyi Mas Campaka Larang Mantri Kembang.
Setelah dilihatnya ada yang mengadu kekuatan, raja melibatkan dirinya, ia memihak kepada Rangga Siluman. Yang berperang sampai di negara Daha. Rajanya Pati Jalak Mangprang dan adiknya Nyi Mas Mangprang Wayang. Setelah diberitahukan oleh adiknya bahwa ada yang sedang berperang, maka pergilah raja ke tempat peperangan, yang berperang tampak sedang tergolek kepayahan. Ketiga orang yang mengadu kekuatan itu dibawanya ke paseban, tetapi ternyata Rangga Campaka dan Rangga Siluman sudah meninggal. Dengan ajimatnya, Mangprang Wayang menghidupkan kedua orang itu. Seterusnya kedua orang itu ingin membaktikan dirinya kepada raja Agung Purba Mantri. Begitu pula halnya Cempaka Larang dan maya Siluman.
Langensari berpamitan kepada raja untuk meninggalkan istana, karena ia telah lama tidak bersua dengan Sumur Bandung, yang dituju adalah negara Bitung Wulung.
Sesampainya di Bitung Wulung, Langen sari memanggil-manggil adiknya, tetapi Sumur Bandung tidak mau menyahut. Sumur Bandung mengakui bahwa ia mempunyai kakak yang bernama Langen Sari, tetapi sedang bertapa. Untuk membuktikan pengakuannya itu Langen Sari harus dapat mengalahkan tabuhan kembar. Berkat kesaktiannya, tabuhan itu dapat dibunuhnya. Sumur Bandung minta agar tabuhan tersebut dihidupkan kembali. Tabuhan dapat dihidupkan kembali, tetapi Sumur Bandung, belum juga puas hatinya. Kemudian Sumur bandung menyuruh Langen sari berenang di dalam kendi. Dengan senangnya Langen Sari berenang di dalam kendi. Akhirnya Sumur Bandung ingin melihat tanda yang ada di kepala Langen Sari, jelas sekali Sumur Bandung melihat tanda luka di kepala Langensari, barulah Sumur Bandung yakin bahwa itu adalah kakaknya, lalu ia minta maaf atas kehilapan yang diperbuatnya.
Selanjutnya Langensari mengajak Sumur Bandung pergi ke Kuta Waringin. Sebelum berangkat, Sumur Bandung menciutkan negara Bitung Wulung, lalu dimasukannya ke dalam penjara, seterusnya kedua bersaudara itu terbang.
Dari udara dilihatnya Raden Gangsa Wayang dan adiknya Nyi Salasa Wayang sedang berlayar. Langensari mencoba memberhentikan kapal itu. Terasa oleh Gangsa Wayang kapal oleng. Disuruhnya Rangga Wayang yang berada dalam kapal untuk memeriksanya. Rangga Wayang tidak kembali ke kapa, tetapi bersembunyi di dalam hutan (gua), karena yang mengganggu kapal itu adalah adiknya sendiri, Langensari.
Karena Rangga Wayang tidak juga muncul, Gangsa Wayang dan Salasa wayang turun ke laut. Diketahuinya bahwa yang berbuat untuk mengganggu lajunya kapal adalah Langensari, Langensari ditanya oleh Gangsa Wayang tentang asal dan maksudnya. Dijawabnya bahwa ia berasal dari Kampung Bitung Wulung dari negara Kuta Waringin. Dikatakan oleh Langensari, bahwa ia disuruh raja melihat kapal itu. Timbul percakapan yang dilanjutkan dengan peperangan, peperangan itu lama sekali, Gangsa Wayang minta kepada adiknya supaya peperangan dihentikan. Ubun-ubun Langensari dihisap oleh Salasa Wayang, hingga Langensari lemah lunglai tak berdaya. Sukmanya masuk ke seekor burung koleangkak, sambil terbang burung itu bersuara “Mun teang, mun teang !  (tengonglah segera). Hal itu diketahui oleh Sumur Bandung, oleh karena itu ia segera masuk ke dasar laut.
Sesudah Langensari dihidupkan kembali oleh Sumur Bandung, peperangan antara Langen Sari dengan Gangsa Wayang diteruskan. Salasa Wayang tahu bahwa Langen Sari dihidupkan oleh Sumur Bandung. Sumur Bandung dikejarnya, Sumur Bandung bersembunyi di dalam rumpun kaso. Salasa Wayang minta kepada Ibu Dewata agar ia diberi senjata. Permintaannya itu dikabulkan oleh Ibu Dewata, hanya saja semua senjata pemberian itu tidak mempan. Bahkan semuanya menghilang dan menyusuk ke dalam diri Sumur Bandung.
Setelah semua senjata yang dimilikinya habis, Salasa Wayang ditendang oleh Sumur Bandung, hingga sampai di mega malang. Sumur Bandung menyusulnya, Salasa Wayang ditangkapnya, lalu dimasukkan ke dalam penjara besi. Penjara besi ditepuk oleh Sumur Bandung, jatuh di hulu dayeuh negara Kuta Waringin.
Setelah itu Sumur Bandung menemui saudaranya yang masih berperang di dasar lautan, Sumur Bandung memperingatkan Langensari agar menggunakan kesaktiannya, Langensari sadar akan kehilapannya. Gangsa Wayang dilemparkannya, sehingga ia terjerembab, dan terus lari ke dalam hutan.
Sehabis berperang, Langensari memberitahukan Sumur Bandung bahwa ia akan pergi mencari Rangga wayang. Tak lama kemudian Rangga Wayang berhasil ditemukannya.
Gangga Wayang yang bersembunyi di dalam hutan bertemu dengan Gajah Hambalang dan Badak Hambalang. Disuruhnya agar jala yang dibawa mereka ditebarkan pada kapal yang ditumpangi Langen Sari dan Sumur Bandung. Dengan perjanjian, kalau berhasil, kapalnya untuk Gangga wayang, sedangkan isinya termasuk Sumur Bandung yang cantik itu untuk Gajah Hambalang. Kapal berhasil dijalanya, tetapi jala itu oleh Langen Sari dijadikan dua bagian. Gangsa Wayang menyerah kepada Langen Sari. Gajah Hambalang dan Badak Hambalang lari ke hutan.
Atas usul Langen Sari kapal dilabuhkan di lubuk Cinanggiri, nanti kalau Sumur Bandung berputera dari raja Kuta Waringin, kapal itu hendaknya dipakai berlayar bersuka ria.
Setelah itu mereka kembali ke Kuta Waringin, tetapi sebelumnya singgah dulu di negara daha. Mereka diterima oleh Nyai Mangprang Wayang dan Patih Jalak Mangprang.
Dalam suatu pertemuan, Langen Sari bermaksud menyerahkan orang yang akan berbakti di negara Kuta Waringin. Menurut perhitungan ada sembilan orang, termasuk seorang kepalanya. Tetapi ternyata hanya ada delapan orang, yaitu: Rangga Siluman, Rangga Cempaka, Jalak Mangprang, Gajah Hambalang, Badak Hambalang, Gangsa wayang, Rangga wayang fan Langen Sari sebagai kepala.
Diputuskan dalam pertemuan itu bahwa Rangga Wayang yang harus mencari orang untuk melengkapi junlahnya. Atas petunjuk Pati Jalak Rangrang, orang yang gagah serta adiknya yang cantik adalah Raden Sutra Panandur Wayang dan Nyi Mas Sutra Kembang Padma Larang. Mereka ada di negara Paku Rucukan Beusi.
Setelah siap segalanya, pergilah Rangga wayang ke negara Paku Rucukan beusi, sesampainya di negara itu Rangga Wayang menyamar sebagai kakek-kakek yang bernama Aki Moskol. Oleh raja ia dijadikan penyabit rumput. Tetapi amatlah mengagetkan seisi keraton, karena segalanya menjadi berantakan karena apa yang dikerjakannya selalu bertentangan dengan apa-apa yang biasa dilakukan orang. Menyabit rumput, bukan rumput yang disabitnya melainkan alat vital kuda. Disuruh menyiangi tumbuh-tumbuhan, semua tanaman yang ada dibabatnya.
Diceritakan bahwa Rangga wayang dapat memboyong Padma Larang. Seisi keraton heboh karena Padma Larang tidak ada.
Padma Larang diserahkan Rangga Wayang kepada Sumur Bandung untuk dijadikan teman bermain.
Sutra Panandur berkeyakinan bahwa Aki Mongkol-lah yang punya ulah. Segera ia mencarinya ke negara Daha. Empat ponggawa Daha menghadapinya. Terjadilah peperangan hebat sekali. Keempat ponggawa itu dapat dikalahkannya. Mereka melarikan diri. Langen Sari ganti menghadapi Sutra Panandur, Sutra Panandur kalah, dan ingin berbakti kepada Langen sari.
Selanjutnya karena ponggawa sudah lengkap, Langen Sari mengajak mereka pergi ke negara Kuta Waringin. Sesampainya di Kuta Waringin diadakanlah pesta.




Sinopsis
CARITA NYI SUMUR BANDUNG

Prabu Kidang Pananjung berputra tiga orang, yakni Patih Kuda Rangga Wayang, Patih Kuda Langon Sari dan Nyi Mas Sumur Bandung
Prabu Kidang Pananjung bermaksud menyerahkan negara Bitung Wulung kepada Sumur Bandung. Kepada putranya yang sulung, Rangga Wayang akan diserahi ajimat pisau kencana, putranya yang kedua diserahi keris parung ganja wulung, sedangkan Nyi Sumur Bandung menerima negara Bitung Wulung dengan diberikannya pula ajimat harimau putih kembar, kanjut kundang dan tabuhan dua ekor.
Prabu Kidang Pananjung berpesan kepada Sumur bandung sebelum Rangga Wayang dan Langon Sari mempunyai negara sendiri dan berkeluarga, azimat itu tidak akan diberikan.
Setelah menyerahkan negara dan ajimat-ajimat tersebut, Prabu Kidang Pananjung “tilem” (menghilang). Sepeninggal ayahnya Rangga Wayang dan Langon Sari bermaksud mengembara ke setiap negara. Sebelum berangkat mereka minta kepada Sumur Bandung agar menyerahkan azimat pemberian ayahnya itu, tetapi Sumur Bandung tak mau memberikannya, ia berpegang teguh kepada pesan ayahnya. Terjadilah pertengkaran mulut yang dilanjutkan dengan perkelahian. Dalam perkelahian itu keris yang dilemparkan Sumur Bandung mengenai pinggang Rangga Wayang. Rangga Wayang terlempar ke puncak Gunung Jingga.
Melihat nasib kakaknya demikian, Langon Sari menjadi marah. Ia berniat menerkamSumur Bandung, tetapi duhung mengenai kepalanya, Langon Sari terlempar pula dan jatuh di alun-alun.
Selanjutnya Rangga Wayang insaf akan kesalahannya, dan minta maaf kepada Sumur Bandung, setelah itu ia bertapa di puncak gunung Sakobar. Sebaliknya Langon sari, ia menaruh dendam kepada Sumur Bandung. Ia tidak lagi mengakui Sumur Bandung sebagai adiknya.
Dari gunung Sakobar, rangga wayang pindah bertapa ke sudut matahari. Sesudah tujuh hari bertapa, ia bertemu dengan Sunan Ibu yang datang dari surga. Di suruhnya rangga Wayang menuju negara Karang Ganjaran. Rajanya bernama Putri Balung Tunggal nyi Mas Saramah wayang. Putri itu bersaudarakan Patih Gangsa Wayang. Sang putri memiliki tiga buah azimat , yakni golok sekung, keris kalamunyang dan panah durangga sakti. Sesudah menerima azimat ruas undur-undur, taji malela dari Sunan ibu, Rangga wayang terbang ke negara Karang Ganjoran, negara di tengah lautan, dengan maksud melamar saranah wayang. Lamaran diterimanya. Dengan penuh kebahagiaan rangga Wayang akhirnya menikah dengan Sarasah wayang.
Setelah ditinggalkan oleh kedua saudaranya, Nyi Sumur Bandung merasa tersiksa. Oleh karena itu sesudah menyerahkan azimat duhung parung ganja wulung kepada emban, Sumur Bandung mengubah negaranya menjadi gumpalan tanah sebesar gula jawa. Kemudian dimasukannya ke dalam kanjut kundang. Setelah itu dibawanya terbang dan dijatuhkannya isi kanjut kundang itu, terjemalah sebuah negara yang diberinya nama Bitung Wulung Emas Beureum Ujung Pulo Nagara babakan Nangsi.
Rangga Wayang dan Langon Sari tak bisa hilang dari ingatan Sumur Bandung. Ia sangat berharap bisa bertemu dengan kedua saudaranya itu. Selanjutnya ia bertapa di bawah pohon katomas.
Dalam petualangan Langon Sari didatangi ayahnya yang telah tiada. Langon Sari dinasehatinya agar sadar akan kesalahannya, dan mau mengakui serta mengasihi Sumur Bandung, disuruhnya kembali ke negara Bitung Wulung, tetapi Langon Sari tetap menolaknya. Ia ingin terus bertualang serta mencari kakaknya, Rangga Wayang.
Karena Langon Sari tetap saja pada pendiriannya, ayahnya menyuruh pergi ke negara Kuta Waringin. Raja negara itu bernama Sungging Purba Mantri Ratna Demang Rangga Lawe Ratu Kasirigan Wangi, yang berasal dari Pajajaran, putra Prabu Siliwangi.
Raja ini mempunyai tiga permaisuri, yakni : Nimbang Waringin, Padma Larang Keling Kancana dan Jurit Haji Mila mantri. Dikatakannya bahwa keris parung ganja wulung yang jantan ada di negara itu. Keris yang ada pada Sumur Bandung adalah yang betinanya. Untuk memperoleh keris itu haruslah menyamar sebagai seorang kakek yang menjijikan dengan julukan Aki Jobin Jobabintara.
Pada waktu itu Ratu Sungging sedang mendapat kesusahan. Ia merasa tersaingi oleh Patih Rangga Siluman dari negara Kuta Waringin dalam hal kegagahan dan kekayaannya. Ia ingin mengalahkannya, tetapi merasa tidak mampu. Maka meminta bantuan kepada Patih gajah Waringin, kakak Nimbang waringin. Permintaannya tak dikabulkan, karena Gajah Waringin tak sanggup mengalahkan Rangga Siluman yang terkenal gagah, hanya ia menunjukan jalan untuk mencapai tujuan itu, disuruhnya Nimbang Waringin menghubungi Jobin Jobabintara yang sedang bertapa.
Jobin Jobabintara menyanggupi permintaan itu, tetapi dengan syarat bahwa ia harus diberi senjata dan disembelihkan kerbau. Gajah Waringin menyerahkan keris parung ganja wulung yang jantan kepada Jobin Jobabintara. Bukan main gembira hatinya menerima senjata yang memang dicari-carinya.
Langon Sari berhasil mengalahkan Rangga Siluman. Setelah itu Langon Sari bertemu dengan Jalak Mangprang, saudara seayah Langon Sari.
Jalak Mangprang berhasil menyadarkan Langon Sari atas kekeliruan terhadap adiknya, jalan mangprang dan wayang Mangprang menasehati Langon sari agar mencari Sumur Bandung dan membawa ke negara Daha.
Di perjalanan, Langon Sari bertemu dengan Sarasah Wayang, istri Rangga wayang. Dalam suatu peperangan, Sarasah wayang dapat dikalahkan Sumur Bandung.
Sesuai dengan janji Langon Sari bahwa jika Sumur Bandung mau dibawa pulang ke daha akan dikawinkan dengan Raja Sungging, maka sesampainya di negara itu akan dilangsungkan pesta besar-besaran. Tetapi sebelumnya, negara Paku Rucuk beusi yang rajanya bernama Jaka Panandur harus ditaklukan dulu oleh Rangga Wayang.
Setelah menaklukan Jaka Panandur, Rangga Wayang mengawinkan Sumur Bandung dengan Raja Sungging. Rangga Wayang dan Langon Sari tetap tinggal di negara Babakan Karta Yuda.
Sumur Bandung ingin sekali mempunyai keturunan yang dapat meneruskan jejaknya memerintah negara.
Sumur Bandung akhirnya mengandung, dan pada saat melahirkan, ia ditolong oleh prameswari Nimbang Waringin. Bayinya perempuan, tetapi kemudian ditukar dengan seekor kucing. Bayi yang tak berdosa itu dimasukkan ke dalam peti besi, lalu dihanyutkan ke sungai Cisanggiring, sedangkan Sumur Bandung akhirnya di buang ke hutan, karena raja sungging tidak mau mempunyai snak seekor kucing.
Bayi yang hanyut terkatung-katung ditemukan oleh Aki dan Nini Benggol Jalawura. Bayi itu dinamainya Nyi Ilid.
Demi mendengar bahwa kesengsaraan yang diderita Sumur Bandung dan bayinya karena ulah Nimbang Waringin dan Gajah waringin, maka Rangga wayang marah sekali, ia ingin sekali membalas dendam, tetapi selalu dihalang-halangi oleh Sumur Bandung, bahkan Nyi Sumur Bandung menyarankan agar hal itu jangan dibesar-besarkan. Untuk membuka tabir kelicikan Nimbang Waringin lebih baik dicarikan yang sehalus-halusnya.
Dalam perjalanan pulang menuju Kuta waringin, Sumur bandung menciptakan sebuah negara baru yang diberinya nama Babakan Karta Yuga, kemudian bayinya yang bernama nyi Ilid diganti namanya menjadi Aci Bangbang Sumega Wayang Nyi Mas Ayu Karantenan.


LAKON - PANTUN_MUNDINGLAYA DI KUSUMAH

Sinopsis
CARITA MUNDINGLAYA DI KUSUMAH

Prabu Siliwangi menjadi raja di Pajajaran, patihnya Kidang kancana dan jaksanya Gelap Nyawang, tinggi besar dan sakti.
Prabu Siliwangi bertapa di gunung Hambalang karena ia ingin mendapat putra bungsu, bahkan mendapat putri, yaitu: Nyi Padma Wati, putra Pohaci Wiri Manggay dari kahyangan.
Waktu permaisuri mengandung menginginkan honje, lalu raja menyuruh Lengser mencarinya ke negara Kuta Pandak, di babakan Muara Beres. Dari Geger malela, putra Rangga malela di Muara Beres di dapatnya honje delapan pasak, yang ditukarnya dengan uang delapan katon.
Waktu itu di Muara beres, Nyi Gambir Wangi juga tengah mengidam, sama menginginkan honje, tetapi honje sudah dijual kepada utusan raja Pajajaran.
Lengser Muara Beres dititahkan mengembalikan uang empat katon, akan penukar honje empat pasak yang diinginkan. Karena Lengser Pajajaran tidak mau memberikannya, mereka berdua lalu berperang habis-habisan memperebutkan honje. Tak ada yang kalah, kemudian dilerai oleh Gajah Siluman dari Karang Siluman. Honje harus dibagi sama banyak, dengan perjanjian bahwa bila kedua bayi itu sudah dewasa harus dikawinkan.
Waktu Nyi Gambir Wangi menginginkan terung pahit yang ingin dimakannya berbagi dengan Padma Wati, Prabu Siliwangi mencarikannya. Terung itu dibelah dua oleh Patih Gelap Nyawang, sesudahnya, raja bersabda kepada rakyatnya, bahwa bayi yang masih dalam kandungan itu sudah dikawinkan, menjadi jodohnya sebelum dilahirkan.
Nyi Padma Wati dari Gunung Gumuruh melahirkan putra laki-laki, diberi nama Munding Laya Di Kusuma, sedang Nyi Gambir Wangi melahirkan anak perempuan, diberi nama Nyi Dewi Asri.
Prabu Guru Gantangan di negara Kuta Barang ingin berputera, lalu Mundinglaya oleh istrinya (Ratna Inten) dijadikan putra angkat. Tetapi lama-kelamaan, karena Mundinglaya sangat gagah dan sakti serta tampan tiada taranya, menjadi takut direbut kekuasaanya, lalu Mundinglaya dipenjara besi.
Ua Mundinglaya ialah Jaksa Seda Kawasa, Aria Patih Sagara, Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung, mempunyai firasat, lalu Mundinglaya di susul ke Kuta Barang. Prabu Guru Gantangan dimarahi mereka, karena menyiksa Munding Laya, akan tetapi dibiarkannya Munding Laya dipenjara, supaya belajar prihatin. Kejadian itu tidak dikabarkan kepada Padma Wati dan raja Pajajaran.
Pohaci Wiru Mananggay mengirimkan impian kepada Padma Wati, dia bermimpi mendapat Lalayang Kancana milik Guring Tujuh di Sorong Kancana, suaranya ada di jabaning langit (di angkasa). Padma Wati menyampaikan mimpi itu kepada raja. Waktu disaembarakan kepada putra dan para punggawa semua, tak ada yang sanggup mencarinya. Oleh karena itu Padma Wati yang memimpikannya harus membuktikannya, kalau tidak akan dipenggal lehernya.
Nyi Padma Wati teringat kepada putranya, Mundinglaya, lalu Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung, menjemputnya ke Kuta barang. Mundinglaya yang dipenjara besi dan dibuang ke dasar Leuwi Sipatahunan diambil oleh kedua uanya, lalu dibawa ke Pajajaran.
Mundinglaya sanggup mencari Lalayang Kancana, lalu berangkat disertai patih negara, yaitu Jaksa Seda Kawasa, Gelap Nyawang, Kidang Pananjung Patih Ratna Jaya dan Prabu Liman Sanjaya, pamuk dari Gunung Gumuruh serta Lengsernya.
Dengan perahu kancana ciptaan Kidang Pananjung mereka berlayar melalui Leuwi Sipatahunan dan bangawan Cihaliwung. Sampailah di lubuk Muara Beres, lalu singgah, karena Mundinglaya ingin menemui tunangannya, Dewi Asri. Sesudah menceritakan maksud kepergiannya, Mundinglaya meneruskan perjalanannya. Di Sangiang Cadas Patenggang semua pengantarnya ditinggalkan di bawah perahu.
Dalam perjalanan, di sebuah hutan belantara, Mundinglaya bertemu dengan Yaksa Mayuta. Mundinglaya dikunah, lalu ditelannya, masuk ke dalam perutnya. Setelah mengambil ajimat raksasa di langit-langit mulutnya yang kemudian ditelannya, Mundinglaya bertambah sakti, lalu ke luar dari perut Yaksa Mayuta, kemudian diperanginya. Yaksa Mayuta dapat dikalahkan, kemudian Mundinglaya meneruskan perjalanan ke langit, lalu menemui neneknya di kahyangan untuk meminta Lalayang Kancana yang dimimpikan ibunya.
Oleh neneknya Wiru Mananggay, Mundinglaya diperintahkan menjadi angin, supaya dapat menerbangkan Lalayang Kancana, angin putting beliung menerbangkan Lalayang Kancana, lalu disusul oleh Guriang Tujuh. Guriang Tujuh memerangi Mundinglaya sampai meninggal oleh keris mereka. Sukma Mundinglaya keluar dari jasadnya, lalu mengipasi sambil memanterakannya supaya hidup kembali.
Prabu Guru Gantangan yang disebut juga Prabu Nangkoda di negara Kuta Barang, mempunyai putra kukutan, yaitu : Sunten Jaya, Demang Rangga Kasonten, Aria Disonten, Dewi Ratna Kancana.
Sunten Jaya diperintahkan melamar Dewi Asri, karena mendengar bahwa Mundinglaya sudah meninggal oleh Guriang Tujuh.
Sunten jaya yang angkuh dan berperangai buruk bersama saudaranya pergi ke Muara beres meminang Dewi Asri kepada kakaknya Raden Geger Malela.
Dewi Asri tidak mau menerima lamaran Sunten Jaya, karena merasa sudah dipertunangkan dengan Mundinglaya. Tetapi karena dipaksa dia menerima pinangan itu, tetapi dengan syarat Sunten Jaya harus memenuhi segala permintaannya, diantaranya sebuah negara dengan segala isinya.
Sunten Jaya marah, karena permintaan itu tak mungkin dipenuhinya, tetapi oleh Prabu Nangkoda permintaan itu disetujuinya, lalu ia membawa harta benda dua puluh lima kapal beserta punggawa bala rakyatnya yang akan membangun negara. Tetapi pembangunan negara itu kacau balau, karena salah urus dehingga tidak selesai-selesai. Akhirnya Gambir Wangi juga turut menolong menciptakan negara dengan kesaktiannya. Dewi Asri yang dipaksa menikah dengan Sunten Jaya membuat ulah, dengan tujuan supaya pernikahan itu batal.
Mundinglaya yang sudah hidup kembali, dan sedang bertapa mendapat ilapat dengan impian buruk, ia bermimpi kapalnya diserang topan, tiangnya patah, kapalpun pecah dan karam di laut. Dia ingat kepada tunangannya. Waktu dilihatnya tabir mimpi tampak olehnya Dewi Asri akan dinikahkan dengan Sunten Jaya.
Mundinglaya berpamitan kepada neneknya, Pohaci Wiru Mananggay, ia diberi hadiah buli-buli berisi air cikahuripan (air yang dapat menghidupkan kembali orang yang telah mati) dan keris pusaka. Mundinglaya turun dari jabaning langit dengan membawa Lalayang Kancana, disertai oleh Munding Sangkala Wisesa (penjelmaan Guriang Tujuh yang dikalahkannya). Sampai di Sangiang Cadas Patenggang, menjemput uanya.
Mundinglaya dengan para pengantarnya lalu berlayar. Sesampainya di Leuwi daun, Munding Sangkala Wisesa dimantrai oleh Kidang Pananjung supaya tidur, sehingga ia tidak akan membuat onar. Sampailah mereka di Batu Tulis.
Dewi Asri mempunyai firasat akan kedatangan Mundinglaya lalu menciptakan bantal menjadi dirinya, kemudian ia minta ijin kepada ibunya untuk bersiram di jamban larangan. Di sungai ditemuinya Mundinglaya, lalu dia naik perahu kancana dan bercengkramalah mereka.
Munding Sangkala Wisesa dibangunkan dari tidurnya, lalu disuruh pergi ke Muara Beres. Di Leuwi Langgong bertemu dengan prajurit yang sedang menghadang kedatangan Mundinglaya. Semuanya bubar karena takut oleh Munding Sangkala Wisesa. Patih Halang Barat yang melawan Munding sangkala Wisesa diamuknya, demikian pula semua punggawa dan pamuk. Guru Gantangan pun yang sedang mengadakan pesta diamuknya, sampai rakyat berlarian. Kemudian kepada Raden Geger Malaka dikatakannya bahwa dia mencari saudaranya, Mundinglaya. Oleh Geger malela diaku, lalu dibawa ke keraton.
Mundinglaya dan dewi Asri bersama-sama pergi ke Muara Beres, sambil mengadakan arak-arakan. Sampai di keraton lalu naik ke papanggungan kancana, dan bersantap bersama.
Sunten Jaya akhirnya mengetahui, bahwa dirinya telah ditipu. Dia naik papanggungan akan memerangi Mundinglaya, tapi kena mantra Mundinglaya, sehingga menjadi tidak berdaya. Dewi Asri dan Mundinglaya lalu menikah.
Sementara itu Jaksa pajajaran, demang Patih Rangga gading, Ua Murugul Mantri Agung dan Ua Purwa Kalih, datang ke Muara Beres, melihat yang menikah dan akan melerai pertengkaran.
Sunten jaya datang meminta kembali harta bendanya yang duapuluh lima kapal. Rangga gading bertanya, siapa yang mula-mula melamar Dewi Asri, rakyat Kuta barang dan Pajajaran memihak kepada Sunten Jaya, lalu mengatakan bahwa Sunten Jayalah yang melamar terlebih dahulu. Tapi Patih Gajah Siluman dari Karang Siluman menyuruh Lengser Pajajaran menceritakan asal muasal hubungan Mundinglaya dan Dewi Asri, akhirnya semua rakyat Muara Beres dan pajajaran mengetahui bahwa Mundinglaya dan dewi Asri telah dijodohkan ketika mereka masih dalam kandungan.
Sunten Jaya harus mengalah, karena marah dan dibantu oleh saudara-saudranya lalu ia menantang perang. Semua  dilawan oleh Munding Sangkala Wisesa, dan akhirnya semua dapat dikalahkan dan menyatakan takluk.
Mundinglaya berbahagia, menjadi pengantin baru yang kaya raya. Dia dijadikan raja muda, berprameswarikan Dewi Asri dan Ante Kancana (adik Sunten Jaya). Negara berpesta pora merayakan peristiwa itu.

Sumber ceritera
Ed.C.M.Pleyte

1907