Sinopsis
CARITA RADEN RANGGA SAWUNG
GALING
Putra Prabu Siliwangi raja di Pajajaran yang bernama
Begawat Iman Sonjaya, meminta ijin kepada ayahnya untuk mengembara ke daerah
sebelah timur.
Ayahnya mengijinkan dan memberi saran agar Begawat Iman
Sonjaya pergi ke negara Kuta Ngagangsa, karena negaranya besar dan ramai, serta
putrinya cantik-cantik.begawat Iman Sonjayapun berangkatlah mengembara
menunggangi perahu kencana menyusuri sungai Cihaliwung. Dilewatinya daerah
Pangeran Jaya, raja muda di Nusa Kalapa sampai di muara Kapetakan. Dilewatinya
pula Ujung Tua, Muara Kancana, Pangarengan, muara Palayangan, muara
Cisanggarung tepian Losari, kedung Eneng dan akhirnya ke tepian Kuta Ngagangsa.
Di situlah perahunya berlabuh.
Raden Begawat Iman Sonjaya mendarat di Kuta Ngagangsa dan
berjalan menuju alun-alun. Di pintu gerbang keraton ia bertemu dengan Kai
Lengser yang sedang menjaga keraton. Dengan tergopoh-gopoh Kai Lengser masuk
kedalam keraton memberitahukan kedatangan Raden Begawat Iman Sonjaya kepada
raja. Rajapun segera berdandan, kemudian menemui Raden begawat serta bertanya
maksud dan tujuannya datang ke negaranya.
Raden Begawat Iman Sonjaya menerangkan bahwa ia berasal
dari Pakuan Pajajaran, putra Prabu Siliwangi. Maksud kedatangannya adalah untuk
meminang putri cantik dari negara Kuta Ngagangsa.
Raja negara Kuta Ngagangsa yang bernama Dipati Jang
Manggala mengatakan bahwa ia sendiri mempunyai adik perempuan bernama Ringgit
Manik. Setelah dipertemukan keduanya, mereka jatuh cinta, lalu dinikahkanlah
Ringgit Manik kepada raden Begawat Iman Sonjaya.
Ki Lengser memukul bende, memberitahukan rakyat negara
Kuta Manggala, bahwa raja akan mengadakan pesta besar, menikahkan adiknya,
putri Ringgit Manik dengan Raden Begawat Iman Sonjaya.
Di negara Gunung Kerikil, Raden Rangga Sawu Galing bersama
adiknya seorang putri cantik bernama Rangga Dewata, mendengar perihal
pernikahan putra Pajajaran itu, lalu pergilah mereka ingin mengabdikan diri
kepada Raden Begawat Iman Sonjaya. Sesmpainya di Kuta Ngagangsa diterimalah
mereka dengan baik, malah Rangga Dewata dijadikan istri kedua oleh Raden
begawat Iman Sonjaya. Dipati Jang Manggala karena merasa sudah tua ia dijadikan
penasehat, sedangkan Raden Begawat Iman Sonjaya menjadi raja sedangkan Raden
Rangga Sawu galing menjadi patihnya.
Setelah menjadi raja, Raden Begawat Iman Sonjaya ingin
memperluas daerahnya serta ingin menambah istri, lalu disuruhlah Raden Rangga
Sawung Galing memerangi enam negara. Negara pertama adalah Gedong Waringin,
rajanya Dipati Gajah Waringin beradik Nyi Caringin Kembang; kedua Negara Gunung
Tilu, rajanya bernama Lembu Wulung mempunyai adik bernama Panggung Wayang;
ketiga negara Gunung Karang, rajanya Dipati Dalem Genggang beradik perempuan
bernama Nyi Lenggang Sari; keempat negara Kuta Tingkem, rajanya bernama Dipati
Gajah Cina, beradik perempuan namanya Badaya Cina; kelima negara Margacina,
rajanya bernama Dipati Gajah Cina, adik perempuannya bernama Nyi Aci Kancana;
dan keenam negara Pasir Bondan, rajanya bernama Ratu Bondan, dan adiknya
bernama Nyi Sari Bondan.
Raden Rangga Sawung Galing, berturut-turut menaklukan
negara Gedong Waringin dan Gunung Tilu tanpa kesultan apapun, namun ketika
menghadapi Dipati Dalem Ganggang di negara Gunung Karang, mendapat kesulitan,
meskipun ia dibantu oleh Gajah Waringin dan Lembu Wulung. Ketiga-tiganya
dijebloskan ke dalam gua oleh Dipati Dalem Ganggang.
Gajah Waringin dan Lembu Gading mencoba-coba membuka pintu
gua, tetapi tidak berhasil, akhirnya Raden Rangga Sawung Galing membaca sebuah
mantera sambil menerjang pintu gua, sehingga rusak berantakan. Karena kerasnya
terjangan menyebabkan di dalam gua terjadi gempa. Bergegaslah mereka keluar
gua, namun bersamaan dengan mereka keluar pula binatng-binatang raksasa seperti
binatang yang menyengat, kala jengking, ulat dan berbagai jenis binatang
lainnya. Gajah Waringin dan Lembu gading melarikan diri dan naek ke pohon yang
tinngi, sedangkan Raden Rangga Sawung Galing menghadapi bintang-binatang
raksasa itu, kemudian dibunuhnya binatang itu, setelah dikalahkan binatang itu
menghilang tak berbekas, maka semakin saktilah Raden Rangga Sawung Galing.
Namun ketika ulat besar menyerang, Raden Rangga Sawung Galing ketakutan,
pundaknya digigit oleh ulat itu hingga hilang kesaktiannya dan ia pun jatuh
pingsan tidak sadarkan diri.
Kelihatan oleh ibunya di kahyangan, lalu dijatuhkannya
sirih sagulung. Raden Rangga Sawung Galing siuman kembali, lalu diambilnya
gulungan sirih itu, ditancapkan ke dalam perut urat, hingga ulat itu mati.
Stelah semua binatang yang sakti itu mati. Dipati Dalem
Genggang tidak berani berperang dengan Raden Rangga Sawung Galing. Ia
menyatakan takluk dan menyerahkan adiknya yang bernama Nyi Lenggang Sari.
Raden Rangga Sawung Galing meneruskan perjalanan ke negara
Kuta Tingkem dan negara Marga Cina. Kedua raja di negara itu dikalahkannya
pula, dan adik-adik mereka, yang bernama Nyi Badaya Cina dan Nyi Aci Kancana
diserahkan pula. Kemudian Raden Rangga Sawung Galing dengan raja-raja
taklukannya menuju negara Pasir Bondan.
Ratu Bondan berperang melawan Raden Rangga Sawung Galing.
Mereka beradu kesaktian, Ratu Bondan menjadi merpati, Raden Rangga Sawung
Galing menjadi alap-alap; Ratu
Bondan menjadi srigala, Raden Rangga Sawung Galing menjadi harimau, ratu Bondan
menjadi tikus, Raden Rangga menjadi menjadi kucing, Ratu Bondan menjadi
kepiting, Raden Rangga menjadi sero.
Ratu Bondan menjadi rumpun bambu tamiang, Raden Rangga menjadi kudi-kudi (parang); Ratu Bondan
menjadi lebah sedangkan Raden Rangga menjadi karung, seterusnya berturut turut
Ratu Bondan menjadi: ulat kayu – gunung –
padang alang-alang – kuda, sedangkan Raden Rangga berturut turut melawannya
dengan menjadikan dirinya: pelatuk –
landak –api – ketika ratu Bondan menjadi kuda, Raden Rangga Sawung Galing
memohon pelana kepada ibunya di kahyangan. Dipasangnya pelana pada kuda lalu
ditungganginya hingga kuda itu tersungkur, mereka kembali menjadi manusia dan
terus berperang hingga akhirnya dipisah
oleh Dewi Pohaci Wiru Mananggay. Dewi itu menyarankan agar mereka berhenti saja
berperang, sebab mereka sebenarnya masih bersaudara. Tetapi Ratu Bondan
menolaknya. Ia menginginkan perang dilanjutkan sampai ada yang kalah.
Dewi Pohaci Wiri Mananggay menyarankan lagi agar mereka
ditimbang, barang siapa yang bobotnya berat, ialah yang menang. Ratu Bondan
setuju.
Ketika timbangan bergerak ke arah ratu Bondan, Dewi Pohaci
Wiru Mananggay menghentikan timbangannya dan menyuruh Ratu Bondan agar melihat
ke atas ke arah mata timbangan. Ketika melihat mata timbangan, kaki Dewi Pohaci
menginjakkan kakinya di tempat Raden Rangga, sehingga ketika mereka ditimbang
kembali, berat Raden Rangga Sawung Galing menjadi bertambah. Ratu Bondan
menerima kalah, lalu menyerahkan adiknya yang bernama Nyi Sari Badaya, dan
mereka mengabdikan diri. Selesailah tugas Raden Rangga Sawung Galing,
menaklukan keenam negara.
Kembalilah rombongan Raden Rangga Sawung Galing, pulang
kembali ke negara Kuta Manggala mengabdikan diri kepada Begawat Iman Sonjaya.
Beberapa tahun berlalu, Begawat Iman Sonjaya teringat akan
ayahandanya yang berpesan agar ia tidak terlalu lama mengembara. Lalu iapun
mengadakan persiapan untuk pulang kembali ke negara Pakuan Pajajaran. Negara
Kuta Manggala diserahkan kepada Raden Rangga Sawung Galing, sedang istri yang
dibawanya hanya dua orang yaitu Nyi Ringgit Manik dan Nyi Rangga Dewata.
Raden Rangga Sawung Galing memerintah di negara Kuta
Manggala dibantu oleh patihnya, yaitu Raden Bondan, sedangkan Dipati Jang
Manggala tetap menjadi penasihat. Semua selir Begawat Iman Sonjaya tak
seorangpun menjadi istrinya, tetapi mereka tetap tinggal di negara Kuta
Manggala.
Setelah Rangga Sawung Galing memerintah negara Kuta
Manggala menjadi besar dan ramai, subur makmur aman dan damai.
Sumber ceritera
Tijdschrift voor
Indische Taal Land en Volkenkunde, ed J.J. Pleyte