Sinopsis
CARITA KUDA MALELA
Ratu Pajajaran yang bernama Prabu Sutrawangi mengembara ke
negara Pasir Batang. Pawarangnya tiga orang yakni: Ratu Mas Manimbang Leuwih
Kusuma Nimbang Buwana Ratu Mas Kalenglengan, Nyai Pamelawangi dan Nyai Limar
Kancana. Panakawannya tiga orang: Lurah Pajajaran, Kuda Pangemban dan Gelap
Nyawang. Ponggawanya empat orang: Pangeran Nagasari (kakak ipar ratu), Kuda
Brajasari, Kepuh Agung Tegal Jaya, Lengser.
Pangeran Nagasari menyuruh lengser mengumpulkan orang
pehumaan, bende ditabuh Lengser suaranya terdengar oleh Lurah Capelengrang,
Ngabehi Kalang Patih dan sarenggelek.
Lurah dan Ngabehi mengumpulkan orang pahumaan, lalu
disuruhnya menyiapkan beras, kerbau, telur untuk diserahkan kepada ratu.
Setelah mereka beserta kirimannya diterima oleh Pangeran Nagasari, diadaknlah
pesta.
Diceritakan bahwa KUDA MALELA baru saja pulang bertapa.
Demi dilihatnya di negara Pasir Batang
orang sedang berpesta, ia turun dari mega malang. Seisi negara
disirepnya (dibuat tidur). Kemudian ia makan sirih, sepahnya sebesar guling.
Sepah yang besar itu dibentuk pewarang ratu yang bernama Ratu Manik. Ratu Manik
yang asli dibawanya terbang ke mega malang.
Setelah semua bangun kembali, Nyi Pamelawangi menyuruh
patih menyusul Ratu Manik yang dilarikan Kuda Malela. Ratu yang disertai patih
dan lurah sampai di Caringin Nunggal.
Kuda Brajasari yang masih berada di Pasir batang,
menyerahkan negara kepada Lengser. Kemudian ia terbang, dengan maksud yang sama
yaitu menyusul Kuda malela. Didapatinya Kuda Malela sedang tidur dengan
nyenyaknya di mega malang. Karena tidurnya mendengkur, Ratu Manik terbangun,
segera Ratu Manik dikandung oleh Brajasari. Selanjutnya Kuda malela dibangunkan
oleh Kuda Brajasari, tetapi tidak juga bangun. Maka dilemparkannya Kuda Malela,
jatuh di Tegalpapak.
Kuda Brajasari pulang ke Pasirbatang. Setibanya di
pasanggrahan, Ratu Manik diturunkannya. Bersama-sama dengan pawarang lainnya,
Ratu Manik duduk berkumpul.
Kuda Malela masih tidur di Nunggal Datar. Setelah bulu
karangnya dicabut oleh Kepuh Agung Tegal Jaya, barulah ia bangun. Ketika diraba
kandungannya, ternyata Ratu Manik tidak ada. Ia marah kepada Kepuh Agung, maka
terjadilah perkelahian hebat. Kepuh Agung mati dalam perkelahian itu. Pangeran
nagasari datang, dan mencoba melawan Kuda Malela. Brajasari dapat dikalahkan
Kuda Malela, tetapi tidak sampai mati. Putra Dalem menyuruh Kuda Pangemban mengambil
bara, lalu disentuhkannya bara itu ke badan Gelap Nyawang. Gelap Nyawang teluh,
hingga pada dahan Caringin Nunggal. Selanjutnya Gelap Nyawang berkelahi dengan
Kuda Malela. Gelap Nyawang mati oleh tangan Kuda Malela.
Pangeran Nagasari diminta oleh pawarang untuk menghidupkan
kembali para penakawan yang telah mati. Sesudah semuanya dihidupkan kembali,
Pangeran Nagasari bersama-sama dengan para ponggawa pergi ke negara Tanjung
Patani. Di perjalanan banyak sekali gangguan, diantaranya kamarang (tabuhan)
dan ular sempat menyerang Kuda Malela.
Lurah Pajajaran dilarikan hantu kelong. Tetapi semua gangguan itu dapat dibunuh
Kuda Malela dengan duhungnya (kerisnya).
Pada waktu Kuda Malela mencari air, ia menemukan sebuah
gua, didalamnya didapatkan seorang ponggawa yang bernama Kuda Mangruyung. Ia
berada di sana karena melarikan seorang wanita.
Terjadilah perkelahian antara Kuda Malela dan Kuda
Mangruyung. Kuda malela dilempar dengan batu, tetapi batu yang dilemparkannya
itu hancur berkeping-keping. Seterusnya Kuda Mangruyung menyatakan takluk
kepada Kuda Malela. Diajaknya Kuda Mangruyung ke pasanggrahan. Kemudian Kuda
Malela menyerahkan Nyi Langgeng Mangruyung (adik Kuda mangruyung) dan wanita
yang ditemukannya di dalam gua itu kepada Prabu Sutrawangi. Dan sesampainya di
paseban, diserahkannya pula Nyi Ambeng Layu Ratna Kembang kepada Ratu. Tak lama
kemudian, Kuda malela diangkat menjadi Patih, Patih yang lama, yaitu Patih
Nagasari pergi bertapa.
Akhirnya Prabu Sutrawangi menjadi ratu di negara Tanjung
Patani. Pamarangnya menjadi lima orang, yakni: Ratu Manik Nimbang Leuwih Kusuma
Nimbang Buwana ratu Mas Kalenglengan, Nyi Pamelawangi, Nyi Limar kancana, Nyi
Ambeng Layu Ratna Kembang, dan Nyi lenggang Mangruyung. Nyi Marga Pakuan (adik
Prabu Sutrawangi), tidak juga bersuami.
Patihnya tetap kuda malela. Ponggawanya tiga orang yaitu
Kudaruyung, Kuda Brajasari dan kepuh Agung Tegal.
Ponggawa dan prajurit yang menjaga negara Tanjung patani
masih banyak lagi, antara lain lurah Pajajaran yang bertindak sebagai Mandor
Kemut, Kuda Pangembang dan Gelap Nyawang.
Nagara Pasirbatang diserahkan kepada Lengser untuk diurus
dan dirawat.
Sumber ceritra
Naskah Museum Pusat
Jakarta
Ed. K.F. Holle